Setelah memahami Kewajiban Hati agar tetap bersih dan ikhlas, pembahasan dilanjutkan kepada hal yang menjadi penghalang utama dalam perjalanan seorang hamba menuju Allah, yaitu maksiat.
Bab Tentang Maksiat ini menjelaskan berbagai bentuk pelanggaran terhadap perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Baik yang berkaitan dengan anggota tubuh seperti mata, lisan, tangan, maupun maksiat yang tersembunyi dalam hati seperti dengki, sombong, dan riya’. Semua bentuk maksiat, besar maupun kecil, jika dibiarkan akan mengeraskan hati, menghapus amal, dan menjauhkan seorang hamba dari rahmat Allah.
Dalam bab ini juga dijelaskan pentingnya taubat, menyesali dosa, dan segera kembali ke jalan yang benar. Dengan memahami hakikat maksiat dan dampaknya, diharapkan seorang Muslim mampu menjaga diri dari perbuatan dosa. Sekaligus terus memperbaiki diri melalui muhasabah dan taubat nasuha.
Bab ini menjadi pengingat bahwa agama tidak hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan. Tetapi juga dengan tegas memperingatkan apa yang harus dijauhi — demi keselamatan dunia dan akhirat.
Bab tentang Maksiat
بابُ بَيانِ المَعاصِي
[تَنْبِيهاتٌ]
[(1) يُرادُ مِنْ إضافَةِ المَعاصِي إلى جَوارِحِ البَدَنِ وأَعْضائِهِ، كَاليَدِ والبَطْنِ، في هٰذا البابِ، مُجَرَّدُ التَّقْسِيمِ لِتَسْهِيلِ التَّعْلِيمِ، وإلّا فَيَكْفِي أنْ يَعْرِفَ المُسْلِمُ تَحْرِيمَ هٰذه الأُمُورِ لِيَجْتَنِبَها، ويَخافَ منها، ولو لم يَعْرِفْ ما تُضافُ إليه مِنَ الجَوارِحِ والأَعْضاءِ.
(2) تَكُونُ الإضافَةُ في اللُّغَةِ لِأَدْنَى مُلابَسَةٍ أو عَلاقَةٍ، ولِذٰلك فَما يَذْكُرُهُ هٰذا البابُ مِنْ إضافَةِ المَعاصِي إلى بَعْضِ الجَوارِحِ قَدْ يَكُونُ سَبَبُهُ حَقِيقِيًّا جَلِيًّا، كَإضافَةِ مَعْصِيَةِ نَظَرِ العَوْراتِ إلى العَيْنِ، وقَدْ يَكُونُ مَجازِيًّا خَفِيًّا، كَإضافَةِ مَعْصِيَةِ أَخْذِ الرِّبا والانْتِفاعِ بِهِ إلى البَطْنِ.
المَعْصِيَةُ قَدْ تَكُونُ كُفْرًا
(3) المَعْصِيَةُ قَدْ تَكُونُ كُفْرًا مُخْرِجًا مِنَ الإسْلامِ، وقَدْ تَكُونُ دُونَ ذٰلك، والمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعالَى بَيَّنَ المَعاصِي المُخْرِجَةَ مِنَ الإسْلامِ مِنْ أَقْوالٍ وأَفْعالٍ واعْتِقاداتٍ في أَوَّلِ هٰذا الكِتابِ، لٰكِنَّهُ يَذْكُرُ أَيْضًا هُنا في تَقْسِيمِهِ المَعاصِي على الجَوارِحِ ما هُوَ كُفْرٌ منها مَعَ ما هو دُونَهُ، دُونَ أنْ يَلْتَزِمَ فَرْزَ الكُفْرِ عَمّا دُونَهُ، ولِذٰلك نَبَّهْتُ بَيْنَ مَعْقُوفَيْنِ على ما كانَ كُفْرًا منها؛ ومِنَ المَعْلُومِ أنَّ أَكْبَرَ الكَبائرِ وأَعْظَمَ المَعاصِي وأَشْنَعَ الذُّنُوبِ وأفْظَعَ الجَرائِمِ، شَرْعًا على الحَقِيقَةِ والإطْلاقِ، كُلُّ ما كانَ كُفْرًا، لأنَّهُ يُخْرِجُ مِنْ دِينِ الإسْلامِ.
(4) المَعْصِيَةُ قَدْ تَكُونُ كَبِيرَةً، وقَدْ تَكُونُ صَغِيرَةً، والمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعالَى لم يَلْتَزِمْ تَمْيِيزَ الكَبائرِ مِنَ الصَّغائِرِ، واكْتفَى بِسَرْدِها بِلا فَرْزٍ، لِأَنَّ كُلًّا منها يَجِبُ اجْتِنابُهُ دائمًا والابْتِعادُ عنه مُطْلَقًا، ولِأَنَّ العاقِلَ مَتَى اسْتَحْضَرَ أنَّ المَعْصِيَةَ هِيَ مُخالَفَةٌ لِنَهْيِ الخالِقِ العَظِيمِ رَآها كَبِيرَةً، وإنْ كانَتْ صَغِيرَةً بِاعْتِبارِ عَدَمِ فُسُوقِ مُرْتَكِبِها، وغَيْرِ ذلِكَ مِنَ الاعْتِباراتِ.]
Penjelasan Tentang Dosa
1. Yang dimaksud dengan pembagian maksiat anggota badan seperti tangan dan perut di bab ini hanyalah untuk mempermudah pengajaran. Sebenarnya cukup bagi muslim mengetahui haramnya perkara-perkara ini agar dijauhi dan ditakuti walaupun dia tidak mengetahui apa itu dosa anggota badan.
2. Menyandarkan maksiat pada sebagian anggota badan terkadang sebabnya bersifat hakiki dan jelas. Seperti menyandarkan maksiat melihat aurat ke mata. Terkadang bersifat majazi yang samar seperti menyandarkan maksiat mengambil dan memanfaatkan harta riba pada perut.
3. Maksiat terkadang menyebabkan kufur dan mengeluarkan dari Islam. Terkadang tidak sampai tingkat itu. Pengarang menjelaskan maksiat yang mengeluarkan dari Islam berupa perkataan, perbuatan, dan aqidah (keyakinan) di awal kitab ini. Namun ia juga menyebutkan di sini pembagian maksiat pada beberapa anggota badan ada yang kufur ada yang tidak. Seperti diketahui, dosa terbesar dan maksiat tertinggi secara syariah adalah segala dosa yang kufur karena ia mengeluarkan seseorang dari agama Islam.
4. Maksiat itu terkadang besar, terkadang kecil. Pengarang tidak menetapkan perbedaan antara dosa besar dan kecil. Karena kedua jenis dosa itu wajib dijauhi selamanya secara mutlak. Juga, karena manusia berakal sehat apabila mengetahui bahwa maksiat itu berlawanan dengan larangan Allah. Maka ia menganggapnya sebagai dosa besar walaupun ia dosa kecil dari segi tidak fasiknya pelakunya.
Demikianlah uraian tentang Kitab Sullamut Taufiq Bab Tentang Maksiat Karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thohir bin Alawi Al-Hadhromi Asy-Syafi’i (1191–1272 H). Setelah memahami Kitab Sullamut Taufiq Bab Tentang Maksiat, selanjutnya anda dapat melanjutkan ke Kitab Sullamut Taufiq Pasal Maksiat Hati.