Mengenang Perjuangan Pahlawan Nasional dari Sumbawa
Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional yang telah berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kemerdekaan dan kemakmuran negara ini. Salah satu daerah yang memiliki pahlawan nasional yang patut dikenang adalah Sumbawa. Sumbawa adalah sebuah pulau yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat. Di pulau ini, terdapat beberapa pahlawan nasional yang terkenal seperti Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Namun, dalam artikel ini, kita akan mengenang perjuangan pahlawan nasional lainnya dari Sumbawa yang mungkin kurang dikenal oleh masyarakat luas, yaitu Raden Ajeng Kartini.
Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang bangsawan Jawa yang juga menjadi kepala desa, sedangkan ibunya adalah seorang perempuan Jawa biasa. Kartini merupakan anak ke-5 dari 13 bersaudara.
Kartini tumbuh dalam lingkungan yang konservatif dan patriarkis. Pada masa itu, perempuan tidak diizinkan untuk bersekolah dan harus menuruti tradisi yang ada dalam masyarakat. Namun, Kartini memiliki keinginan yang kuat untuk belajar dan meraih kebebasan yang sama dengan laki-laki.
Pada usia 12 tahun, Kartini mulai belajar membaca dan menulis dari seorang guru Belanda. Ia juga belajar bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Namun, pada usia 17 tahun, Kartini dijodohkan dengan seorang bangsawan Jawa yang lebih tua darinya. Hal ini membuat Kartini terpaksa menunda keinginannya untuk belajar dan berjuang untuk hak-hak perempuan.
Tetapi, pada usia 24 tahun, Kartini menikah dengan seorang bangsawan Jawa yang lebih muda darinya, yaitu Raden Adipati Joyodiningrat. Joyodiningrat memahami keinginan Kartini untuk belajar dan memberikan dukungan penuh untuk Kartini. Joyodiningrat juga memperkenalkan Kartini kepada teman-temannya yang merupakan orang Belanda. Hal ini memungkinkan Kartini untuk belajar lebih lanjut tentang budaya Barat dan mengetahui hak-hak perempuan di Eropa.
Kartini mulai menulis surat-surat kepada teman-temannya di Belanda dan Indonesia. Surat-suratnya menyoroti tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan, hak-hak perempuan, dan pentingnya kemandirian perempuan. Kartini juga membuka sekolah untuk perempuan di rumahnya sendiri, yang dikenal dengan nama Sekolah Kartini. Sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah untuk perempuan di Jawa pada masa itu.
Pada tahun 1904, Kartini meninggal dunia dalam usia yang masih sangat muda, yaitu 25 tahun. Namun, warisan perjuangan dan gagasannya tetap hidup. Tulisan-tulisannya diterbitkan dalam buku terkenal yang diberi judul “Door Duisternis tot Licht” (Dari Gelap Menuju Terang), yang menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.
Pada tahun 1964, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini, sebagai penghormatan terhadap perjuangan dan kontribusi Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Hari Kartini juga dijadikan sebagai momen untuk memperingati hak-hak perempuan dan mempromosikan pendidikan bagi perempuan.
Selain Kartini, Sumbawa juga memiliki pahlawan nasional lainnya yang patut dikenang, yaitu Haji Muhammad Hasan. Haji Muhammad Hasan lahir pada tahun 1891 di Sumbawa Besar. Ia merupakan seorang ulama dan pejuang kemerdekaan yang memainkan peran penting dalam perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
Pada usia 16 tahun, Haji Muhammad Hasan mulai belajar agama Islam pada seorang ulama terkenal di Sumbawa. Ia juga belajar tentang ilmu pengetahuan dan bahasa Arab. Pada tahun 1918, Haji Muhammad Hasan ditunjuk oleh pemerintah Belanda sebagai kepala desa di desa Keciput, Sumbawa. Namun, ia menolak jabatan tersebut dan lebih memilih untuk menjadi pengajar agama Islam.
Selama masa pendudukan Belanda, Haji Muhammad Hasan aktif dalam perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi salah satu pendiri Sarekat Islam di Sumbawa dan memimpin gerakan untuk pembebasan Sumbawa dari penjajahan Belanda. Pada tahun 1942, Jepang mengambil alih kekuasaan dari Belanda dan Haji Muhammad Hasan diangkat menjadi kepala wilayah Sumbawa. Ia memimpin perlawanan terhadap Jepang dan membantu menyelamatkan banyak orang dari penganiayaan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, Haji Muhammad Hasan terus memperjuangkan kemerdekaan dan kemakmuran Indonesia. Ia mendorong pembangunan ekonomi dan pendidikan di Sumbawa. Pada tahun 1950, ia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari daerah pemilihan Sumbawa.
Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Bintang Mahaputera kepada Haji Muhammad Hasan atas jasanya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia juga dihormati dengan nama jalan di kota Sumbawa Besar yang diberi nama Jalan Haji Muhammad Hasan.
Kisah perjuangan Haji Muhammad Hasan dan Raden Ajeng Kartini menunjukkan betapa pentingnya perjuangan untuk hak-hak perempuan dan kemerdekaan Indonesia. Mereka berdua telah memberikan kontribusi yang besar bagi Indonesia dan meninggalkan warisan yang patut kita kenang dan lanjutkan.
Kita sebagai warga Indonesia harus mengenang dan terus menghargai perjuangan pahlawan-pahlawan nasional kita, termasuk pahlawan nasional dari Sumbawa. Kita harus mempelajari sejarah dan mengambil inspirasi dari perjuangan mereka untuk memajukan Indonesia ke depan. Kita harus bersama-sama memperjuangkan hak-hak perempuan dan kemerdekaan Indonesia agar dapat terus berkembang dan maju.
GIPHY App Key not set. Please check settings